Minggu, 18 Desember 2011

Kisah Klasik Seni Estetika...


Malam ini aku sedikit “tergelitik” kawan. Bukan karena aku kalah berdebat, bukan pula karena aku kalah argumen. Tidak sama sekali. Hati kecilku sedikit tersenyum simpul dan darahku sedikit berdesir saat sebuah pesan singkat masuk ke handphoneku. Pesan itu layaknya pesan biasa, namun ada sebuah kalimat yang membuatku sedikit tertegun dan menguras pikiran serta membutuhkan jawaban dari diriku yang menginginkan aku tuk membuat sebuah puisi. Yups, P.U.I.S.I..
Bukan karena aku tak mampu kawan, bukan pula karena aku tak sanggup, namun aku sedikit tertatih dengan estetika seni yang satu ini. Aku dituntut untuk membuat sesuatu yang mampu diterima akal logika, moral etika dan seni estetika, yang terangkum dalam suatu dinamika romantika berasaskan retorika demi cinta..
Aku selalu membuat sesuatu yang ilmiah karena kupercaya bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini dapat dibenarkan secara ilmiah. Dari bagian atom sbg satuan terkecil hingga planet sebagai satuan terbesarnya dapat dibuktikan dengan ilmiah, segala bentuk pergantian cuaca, siang dan malam, terbitnya matahari, dapat pula direalisasikan dengan ilmiah. Dan kini aku harus mencoba bagaimana membentuk suatu kerangka pemikiran yang berasaskan seni estetika, sebagai epik indahnya romantika yang dibawa oleh seorang malaikat kecil dengan cahaya putih meneranginya layaknya historisasi romawi dalam kisah klasik Armanusa, putri dari Kaisar Heraklius, yang selalu mengenakan gaun putihnya hingga ajal menjemputnya. Dan puisilah jalan untuk merealisasikannya J
Ini adalah hal baru, kawan. Tapi kau tahu siapa aku, seorang visioner dengan konsep dramatis dalam lini kehidupannya, pembawa cahaya dengan api yang menyala yang dapat menerangi kegelapan dengan asa dan harapan serta penabur cahaya impian dalam puncak katedral tertinggi peradaban..Akan kubuat puisi itu kawan..

Malaikat itu tidak diam ditengah padang yang gersang..
Selalu berlonjak dalam epiknya cerita panjang..
Mencari ia yang rongga hatinya tengah usang..
Dalam dilema dan galaunya likuan hidup yang meradang..

Cerita ini layaknya hati yang hilang..
Tenggelam dalam nuansa kalbu yang bimbang..
Terseret dalam liang yang petang..
Hingga kau bersihkan dengan tanganmu, Sayang,,

Kau suguhi aku air kehidupan dengan etika moral estetika..
Kau basahi aku dengan nuansa romantika..
Hingga tulangku menjelma menjadi asa..
Dan darahku dipenuhi dilema cinta..

Aku terbawa olehmu dalam empirium peradaban dunia...
Terseret dalam epiknya kolosal Romeo dan Juliet, Ali dan Fatimah, Mark Antoni dan Cleopatra serta Amil Qays dan Armanusa..
Menjadikan aku sebagai insan belia yang penuh harapan dan asa..
Serta cinta kepadaNya, Allah azza Wajalla..

Sudah kukatakan, aku bisa membuatnya walaupun ku tahu ini taklah cukup sempurna. Kuharap, pribadinya secantik parasnya, agar bidadari cemburu padanya..Kuharap ia kan selalu setia, hingga ajal itu tersenyum padanya dan kuharap ia kan tetap istiqomah, dalam naungan cahaya Rabb, Azza Wajalla...

Dibuat dalam gerimis mengundang...
18 Desember 2011..