Rabu, 28 Maret 2012

Aksi, dinamika Perjuangan anti Tirani


Wahai kalian yang rindu kemenangan…
Wahai kalian yang turun kejalan..
Demi mempersembahkan jiwa dan raga..
Untuk INDONESIA tercinta…
Pekikan lagu ini terus berkumandang diseluruh tanah, ranah dan pelosok Indonesia. Gegap gempita derap mereka, mahasiswa, terus melaju menuntut keadilan atas tirani dalam bingkai bumi pertiwi. Para mahasiswa bersatu padu, satu tujuan, satu harapan, yaitu menegakkan yang baik dan benar serta menghujam dan melaknat yang salah. Saat ini, dalam dinamika pergolakan isu yang mencuat, yaitu tentang kenaikan BBM yang membuat resah, gundah gulana, dan putus asa masyarakat Indonesia yang dalam hal ini berada pada kegetiran mendalam karena kembali dihadapkan pada pilihan, terima keadaan dan dimiskinkan, memberontak namun dimentahkan, atau menunggu hingga mati tak lagi menjadi pilihan.
Masyarakat saat ini harus kembali menelan pil APC, pil pahit yang biasa disebut- sebut Andrea Hirata dalam bukunya laskar pelangi sebagai representasi ketidaknyamanan dan keresahan atas suatu situasi. Masyarakat kembali dijadikan korban mutlak ketiranian negeri ini disaat cluster social dalam masyarakat kembali tergadaikan. Bayangkan, negeri yang kaya, gemah ripah loh jinawi, yang menurut para saudagar Arab menyebut negeri ini sebagai potongan surga yang menjuntai ke Bumi untuk dirasakan nikmatnya, yang menurut para pelancong samudera dunia, menyebut negeri ini sebagai Zamrud Khatulistiwa, yang diakui dunia sebagai salah satu pusat ekosistem yang takkan pernah habis- habisnya, namun untuk merasakan subsidi minyaknya saja, rakyatnya harus membayarnya dengan darah. Negeri ini tak bisa disebut Negara miskin, tapi realisasi menyatakan rakyatnya kelaparan dimana- mana, negeri ini tak bisa disebut sbg negeri yang terlunta- lunta, tetapi nyatanya rakyatnya hidup bertemankan sengsara.
Pada  27 maret 2012, seluruh pemberitaan media massa mengabarkan aksi mahasiswa diseluruh pelosok tanah air. Mahasiswa tampil sebagai kaum critical mass  disaat yang lain bisu dan tuli, mahasiswa lahir sebagai palu godam bagi pemerintah, disaat yang lain buta, opurtunis dan apatis. Panggilan aksi bergema seantero negeri mengajak mereka (masyarakat) untuk melawan ketiranian. Bukannya ingin anarkis, tapi situasilah yang membuatnya demikian. Pemerintah menggerakkan aparat TNI untuk ikut serta melawan halau massa, ikut serta memukuli, menampari, memaki, mencaci dan sebagainya. Padahal mereka bukanlah aparat pemerintah, mereka aparat Negara yang menjamin kestabilan Negara, bukan menjadi boneka imperialis pemerintah layaknya Orde Baru masih menguasa.
Dalam dinamika situasi ini, pasti ada dua kaum yang menjejalkan berbagai narasi antara pro dan kontra akan kebijakan pemerintah ini. Mari kita bahas secara mendalam. Pertama, saat ini pemerintah memberikan kebijakan kepada masyarakat berupa BLSM atau Bantuan Langsung Sementara kepada rakyat miskin. Lantas, yang dimaksud dengan masyarakat miskin ialah yang seperti apa? Apakah pemerintah menentukan criteria rakyat miskin itu seperti apa? Apakah rakyat miskin itu yang income perkapitanya dibawah 2000 dolar perhari? Lantas mengapa masyarakat yang income perkapitanya sebanyak itu, masih mengklaim dirinya miskin dan terdata miskin? Nelayan miskin, petani miskin, namun apakah kebutuhan minyaknya sama? Namun mengapa pemerintah mengharuskan itu disamakan? Disinilah letak ketidakcerdasan rezim negeri yang revolusinya macet ini. Memberikan jalan keluar yang sama dengan masalah yang berbeda, maka hasilnya? MAHASISWA TURUN KEJALAN..!!
Kedua, perlu dipertegas kembali wahai kawan- kawan yang anti akan demonstrasi. Kami turun, bukan karena kami menyukai hal ini, melainkan kami turun karena ini benar- benar sebagai panggilan, sense of duty yang jauh dari ambisi, sebagai penyikapan isu dan pernyataan sikap akan perjalanan negeri ini. Bukankah negeri ini berdiri atas suatu pencetusan aksi, dimulai dari 1908, 1928, 1945, 1955, 1965, 1998, dan sekarang 2012, sebagai ukiran sejarah pergerakan peradaban perubahan. Namun saya mengakui dan menghargai, bahwa oppurtunis dan apatis adalah pilihan, ungkapan sikap dan perasaan, namun disaat asa dan harapan masih menyentuh kalbumu, turunlah, karena rakyat menanti janji aksi setiamu.
Mahasiswa tidak sepenuhnya salah, dan mahasiswa tidak sepenuhnya benar, kami hadir disini mengatasi keresahan, tampil dengan progressive revolusioner guna mewujudkan demokrasi yang lebih mapan dan menciptakan stabilitas politik yang ideal, karena tujuan utama dari individu yang berada dalam suatu Negara, entah itu Negara komunis, liberalis, islamis, maupun demokratis ialah menciptakan nilai tambah, apabila Negara tak mampu menciptakannya, maka Negara itulah yang menjadi konsumen atas nilai tambah Negara lain.
Salam cinta atas nama perjuangan, salam perjuangan atas nama Cinta..HIDUP MAHASISWA..!!
Seluruh harta dan kekayaan Negara..
Hanyalah untuk kemakmuran rakyatnya…
Namun  hatiku bertanya- Tanya..
Mengapa kehidupan tidak merata?
Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin…(Rhoma Irama- Indonesia)