Wahai kalian yang rindu
kemenangan…
Wahai kalian yang turun
kejalan..
Demi mempersembahkan
jiwa dan raga..
Untuk INDONESIA
tercinta…
Pekikan
lagu ini terus berkumandang diseluruh tanah, ranah dan pelosok Indonesia. Gegap
gempita derap mereka, mahasiswa, terus melaju menuntut keadilan atas tirani
dalam bingkai bumi pertiwi. Para mahasiswa bersatu padu, satu tujuan, satu
harapan, yaitu menegakkan yang baik dan benar serta menghujam dan melaknat yang
salah. Saat ini, dalam dinamika pergolakan isu yang mencuat, yaitu tentang
kenaikan BBM yang membuat resah, gundah gulana, dan putus asa masyarakat
Indonesia yang dalam hal ini berada pada kegetiran mendalam karena kembali
dihadapkan pada pilihan, terima keadaan dan dimiskinkan, memberontak namun
dimentahkan, atau menunggu hingga mati tak lagi menjadi pilihan.
Masyarakat
saat ini harus kembali menelan pil APC, pil pahit yang biasa disebut- sebut
Andrea Hirata dalam bukunya laskar pelangi sebagai representasi ketidaknyamanan
dan keresahan atas suatu situasi. Masyarakat kembali dijadikan korban mutlak
ketiranian negeri ini disaat cluster social dalam masyarakat kembali
tergadaikan. Bayangkan, negeri yang kaya, gemah ripah loh jinawi, yang menurut
para saudagar Arab menyebut negeri ini sebagai potongan surga yang menjuntai ke
Bumi untuk dirasakan nikmatnya, yang menurut para pelancong samudera dunia, menyebut
negeri ini sebagai Zamrud Khatulistiwa, yang diakui dunia sebagai salah satu
pusat ekosistem yang takkan pernah habis- habisnya, namun untuk merasakan
subsidi minyaknya saja, rakyatnya harus membayarnya dengan darah. Negeri ini
tak bisa disebut Negara miskin, tapi realisasi menyatakan rakyatnya kelaparan
dimana- mana, negeri ini tak bisa disebut sbg negeri yang terlunta- lunta,
tetapi nyatanya rakyatnya hidup bertemankan sengsara.
Pada 27 maret 2012, seluruh pemberitaan media massa
mengabarkan aksi mahasiswa diseluruh pelosok tanah air. Mahasiswa tampil
sebagai kaum critical mass disaat yang lain bisu dan tuli, mahasiswa
lahir sebagai palu godam bagi pemerintah, disaat yang lain buta, opurtunis dan
apatis. Panggilan aksi bergema seantero negeri mengajak mereka (masyarakat)
untuk melawan ketiranian. Bukannya ingin anarkis, tapi situasilah yang
membuatnya demikian. Pemerintah menggerakkan aparat TNI untuk ikut serta
melawan halau massa, ikut serta memukuli, menampari, memaki, mencaci dan
sebagainya. Padahal mereka bukanlah aparat pemerintah, mereka aparat Negara
yang menjamin kestabilan Negara, bukan menjadi boneka imperialis pemerintah
layaknya Orde Baru masih menguasa.
Dalam
dinamika situasi ini, pasti ada dua kaum yang menjejalkan berbagai narasi
antara pro dan kontra akan kebijakan pemerintah ini. Mari kita bahas secara
mendalam. Pertama, saat ini pemerintah memberikan kebijakan kepada masyarakat
berupa BLSM atau Bantuan Langsung Sementara kepada rakyat miskin. Lantas, yang
dimaksud dengan masyarakat miskin ialah yang seperti apa? Apakah pemerintah
menentukan criteria rakyat miskin itu seperti apa? Apakah rakyat miskin itu
yang income perkapitanya dibawah 2000 dolar perhari? Lantas mengapa masyarakat
yang income perkapitanya sebanyak itu, masih mengklaim dirinya miskin dan
terdata miskin? Nelayan miskin, petani miskin, namun apakah kebutuhan minyaknya
sama? Namun mengapa pemerintah mengharuskan itu disamakan? Disinilah letak
ketidakcerdasan rezim negeri yang revolusinya macet ini. Memberikan jalan
keluar yang sama dengan masalah yang berbeda, maka hasilnya? MAHASISWA TURUN
KEJALAN..!!
Kedua,
perlu dipertegas kembali wahai kawan- kawan yang anti akan demonstrasi. Kami
turun, bukan karena kami menyukai hal ini, melainkan kami turun karena ini
benar- benar sebagai panggilan, sense of
duty yang jauh dari ambisi, sebagai penyikapan isu dan pernyataan sikap
akan perjalanan negeri ini. Bukankah negeri ini berdiri atas suatu pencetusan
aksi, dimulai dari 1908, 1928, 1945, 1955, 1965, 1998, dan sekarang 2012,
sebagai ukiran sejarah pergerakan peradaban perubahan. Namun saya mengakui dan
menghargai, bahwa oppurtunis dan apatis adalah pilihan, ungkapan sikap dan
perasaan, namun disaat asa dan harapan masih menyentuh kalbumu, turunlah,
karena rakyat menanti janji aksi setiamu.
Mahasiswa
tidak sepenuhnya salah, dan mahasiswa tidak sepenuhnya benar, kami hadir disini
mengatasi keresahan, tampil dengan progressive
revolusioner guna mewujudkan demokrasi yang lebih mapan dan menciptakan
stabilitas politik yang ideal, karena tujuan utama dari individu yang berada
dalam suatu Negara, entah itu Negara komunis, liberalis, islamis, maupun demokratis
ialah menciptakan nilai tambah, apabila Negara tak mampu menciptakannya, maka
Negara itulah yang menjadi konsumen atas nilai tambah Negara lain.
Salam
cinta atas nama perjuangan, salam perjuangan atas nama Cinta..HIDUP
MAHASISWA..!!
Seluruh harta dan
kekayaan Negara..
Hanyalah untuk
kemakmuran rakyatnya…
Namun hatiku bertanya- Tanya..
Mengapa kehidupan tidak
merata?
Yang kaya makin kaya,
yang miskin makin miskin…(Rhoma Irama- Indonesia)
Cie ileh...bang Jony..isi blognya penuh aksi mahasiswa...slow2 saja lah...^^ terus menulis ya...
BalasHapus