Malam
ini aku sedikit “tergelitik” kawan. Bukan karena aku kalah berdebat, bukan pula
karena aku kalah argumen. Tidak sama sekali. Hati kecilku sedikit tersenyum
simpul dan darahku sedikit berdesir saat sebuah pesan singkat masuk ke
handphoneku. Pesan itu layaknya pesan biasa, namun ada sebuah kalimat yang
membuatku sedikit tertegun dan menguras pikiran serta membutuhkan jawaban dari
diriku yang menginginkan aku tuk membuat sebuah puisi. Yups, P.U.I.S.I..
Bukan
karena aku tak mampu kawan, bukan pula karena aku tak sanggup, namun aku
sedikit tertatih dengan estetika seni yang satu ini. Aku dituntut untuk membuat
sesuatu yang mampu diterima akal logika, moral etika dan seni estetika, yang
terangkum dalam suatu dinamika romantika berasaskan retorika demi cinta..
Aku
selalu membuat sesuatu yang ilmiah karena kupercaya bahwa segala sesuatu yang
ada di muka bumi ini dapat dibenarkan secara ilmiah. Dari bagian atom sbg
satuan terkecil hingga planet sebagai satuan terbesarnya dapat dibuktikan
dengan ilmiah, segala bentuk pergantian cuaca, siang dan malam, terbitnya
matahari, dapat pula direalisasikan dengan ilmiah. Dan kini aku harus mencoba
bagaimana membentuk suatu kerangka pemikiran yang berasaskan seni estetika,
sebagai epik indahnya romantika yang dibawa oleh seorang malaikat kecil dengan
cahaya putih meneranginya layaknya historisasi romawi dalam kisah klasik
Armanusa, putri dari Kaisar Heraklius, yang selalu mengenakan gaun putihnya
hingga ajal menjemputnya. Dan puisilah jalan untuk merealisasikannya J
Ini
adalah hal baru, kawan. Tapi kau tahu siapa aku, seorang visioner dengan konsep
dramatis dalam lini kehidupannya, pembawa cahaya dengan api yang menyala yang
dapat menerangi kegelapan dengan asa dan harapan serta penabur cahaya impian
dalam puncak katedral tertinggi peradaban..Akan kubuat puisi itu kawan..
Malaikat itu tidak diam ditengah
padang yang gersang..
Selalu berlonjak dalam epiknya
cerita panjang..
Mencari ia yang rongga hatinya
tengah usang..
Dalam dilema dan galaunya likuan
hidup yang meradang..
Cerita ini layaknya hati yang
hilang..
Tenggelam dalam nuansa kalbu yang
bimbang..
Terseret dalam liang yang petang..
Hingga kau bersihkan dengan
tanganmu, Sayang,,
Kau suguhi aku air kehidupan dengan
etika moral estetika..
Kau basahi aku dengan nuansa
romantika..
Hingga tulangku menjelma menjadi
asa..
Dan darahku dipenuhi dilema cinta..
Aku terbawa olehmu dalam empirium
peradaban dunia...
Terseret dalam epiknya kolosal
Romeo dan Juliet, Ali dan Fatimah, Mark Antoni dan Cleopatra serta Amil Qays
dan Armanusa..
Menjadikan aku sebagai insan belia
yang penuh harapan dan asa..
Serta cinta kepadaNya, Allah azza
Wajalla..
Sudah
kukatakan, aku bisa membuatnya walaupun ku tahu ini taklah cukup sempurna.
Kuharap, pribadinya secantik parasnya, agar bidadari cemburu padanya..Kuharap
ia kan selalu setia, hingga ajal itu tersenyum padanya dan kuharap ia kan tetap
istiqomah, dalam naungan cahaya Rabb, Azza Wajalla...
Dibuat
dalam gerimis mengundang...
18
Desember 2011..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar